OPINI - Membangun sebuah organisasi yang kuat dan berdaya saing ibarat merangkai benang-benang kehidupan yang saling terhubung, menciptakan satu kesatuan utuh yang memiliki identitas jelas. Bagi saya pribadi, melihat bagaimana sebuah entitas bisa tumbuh dan berkembang seringkali berakar pada fondasi struktur kepemimpinannya. Salah satu model yang teruji dan seringkali menjadi tulang punggung keberhasilan adalah pembentukan DNA organisasi yang berpusat pada trio kepemimpinan: Ketua, Sekretaris, dan Bendahara (KSB). Ini bukan sekadar jabatan, melainkan simpul-simpul vital yang menopang seluruh pergerakan.
Konsep KSB ini, jika diimplementasikan secara sistematis dan berlapis, mampu menciptakan alur komando yang jelas serta akuntabilitas yang terukur. Bayangkan sebuah organisme besar yang bergerak dengan presisi. Dimulai dari pucuk pimpinan tertinggi, Dewan Pimpinan Pusat (DPP), yang merumuskan visi dan strategi utama. Di sinilah arah besar organisasi ditentukan, menjadi kompas bagi seluruh jenjang di bawahnya.
Selanjutnya, visi tersebut diterjemahkan dan disesuaikan dengan konteks lokal oleh Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) di tingkat provinsi. Mereka adalah perpanjangan tangan DPP yang memahami denyut nadi daerahnya, memastikan bahwa kebijakan pusat relevan dan dapat diakses oleh seluruh anggota di wilayahnya. Tentu saja, ini membutuhkan koordinasi yang intens dan pemahaman mendalam tentang dinamika sosial dan ekonomi setempat.
Menariknya, proses ini terus berlanjut ke level yang lebih mikro. Dewan Pimpinan Daerah (DPD) di tingkat kabupaten/kota menjadi garda terdepan dalam implementasi program. Di sinilah kebijakan-kebijakan strategis mulai menyentuh akar rumput, berinteraksi langsung dengan tantangan dan peluang yang ada di masyarakat.
Tak berhenti di situ, untuk memastikan jangkauan yang lebih merata, struktur KSB diperluas hingga ke Dewan Pimpinan Kecamatan (DPK). Keberadaan DPK sangat krusial dalam menjembatani komunikasi dan koordinasi antara DPD dan tingkat yang lebih bawah lagi. Mereka berperan sebagai penghubung yang memastikan tidak ada celah dalam penyampaian informasi dan pelaksanaan tugas.
Puncaknya, di tingkat paling dasar, kehadiran Dewan Pimpinan Desa (DPDes) atau unit terkecil lainnya, menjadi bukti nyata komitmen organisasi untuk hadir di tengah-tengah masyarakat. Di sinilah program-program bersentuhan langsung dengan kebutuhan riil warga, dan KSB di tingkat ini menjadi motor penggerak perubahan di lingkungan terdekat.
Setiap tingkatan, dari DPP hingga DPDes, harus memiliki kesamaan DNA kepemimpinan KSB. Ketua bertanggung jawab atas arah strategis dan pengambilan keputusan, Sekretaris memastikan kelancaran administrasi dan komunikasi, sementara Bendahara menjaga kesehatan finansial organisasi. Keterpaduan ketiga elemen ini di setiap jenjang menciptakan ekosistem organisasi yang tangguh, adaptif, dan mampu bergerak sinergis menuju tujuan bersama. Berdasarkan pengalaman, organisasi yang berhasil adalah organisasi yang memiliki KSB yang solid dan berintegritas di setiap lini.
Jakarta, 06/10/2025
Dr. Hendri Abubakar